BIANGLALA CINTA ARI DAN TANTI









Pernahkah kau jatuh cinta dengan seseorang, yang meskipun dia juga mencintaimu, tapi kalian tetap tidak bisa bersama karena suatu hal? Mungkin cerita tentang Tanti dan Ari adalah salah satu contohnya.

Dandangan. Ketika bagi banyak orang, tradisi dandangan di Kudus adalah sebuah hiburan yang menyenangkan, tapi berbeda bagi Tanti. Dandangan adalah sebuah kenangan yang membuatnya jatuh hati sekaligus patah hati dengan sedalam-dalamnya.

Tanti dan Ari bertemu pertama kali di sebuah pasar malam, salah satu hal yang selalu ada di acara Dandangan. Dandangan ini adalah tradisi turun temurun kota Kudus menjelang bulan Ramadan. Selain acara keagamaan yang diselenggarakan di Menara Kudus, masjid bersejarah di komplek makam Sunan Kudus, Dandangan diramaikan oleh ratusan pedagang kecil yang berjajar di sepanjang jalan Sunan Kudus.

Saat itu, Ari bekerja sebagai penjaga karcis masuk wahana bianglala. Wahana putar yang disukai anak-anak dan orang dewasa karena saat di atas, kita bisa melihat seisi kota dari ketinggian. Suatu malam Tanti mengunjungi pasar malam mengantar keponakannya yang ingin naik wahana tersebut. Pertemuan pertama yang membuat mereka langsung jatuh cinta. Disusul pertemuan-pertemuan mereka berikutnya yang hanya sebentar.

Dan ketika sampai di tahun kedua mereka bertemu, dia melihat sosok Ari yang semakin membuatnya terpesona. Tubuhnya lebih kekar, kulitnya lebih gelap dari terakhir dia melihatnya., tapi untungnya, dia tetap Ari yang sama yang membuatnya jatuh cinta.

Tahun ketiga. Tanti sudah tak sabar bertemu Ari sejak berminggu-minggu menjelang rombongan itu datang ke kotanya. Kali ini memang berbeda, Bukan hanya mereka bisa bertemu seperti biasa, tapi mungkin saja Ari akan menikahinya.

“Ari, kamu sudah memikirkan tentang pernikahan?” tanya Tanti tidak sabar.

Tanti memandang Ari dengan tatapan yang tidak bisa Ari lupakan sepanjang hidupnya. Tatapan penuh harap.

Ari menghela napas panjang.

“Baiklah, Tanti. Aku akan menikahimu.” katanya pelan.

Merekapun menikah dengan sederhana. Setelah menikah, apa mereka benar-benar bahagia seperti yang dikatakan Tanti pada Ari kala itu? Bagi Tanti mungkin iya. Kini, ada Ari yang selalu di sampingya.

Bagaimana dengan Ari? Ari terbiasa bekerja keras hingga dini hari. Ari terbiasa berkeliling kota-kota lain di sepanjang hidupnya, Ari terbiasa hidup di jalanan sehingga segala kenyamanan dan ketenangan hidupnya bersama Tanti membuatnya tersiksa. Ari ternyata tidak bahagia. Dan sebenarnya Tanti tahu itu. Tanti hanya tidak mau menenerima kenyataan. Dia selalu menyangkal setiap pikiran tentang ketidakbahagiaan Ari menghampirinya.

Tanti sering melihat Ari termenung dengan tatapan kosong berjam-jam lamanya. Tanti sering mendapati Ari tidak mendengarnya setiap dia ajak bicara. Ari semakin lama semakin dingin terhadapnya. Ari memang orang baik. Dia masih seorang suami yang baik untuk Tanti, memperlakukannya dengan baik, membantunya setiap dia memintanya, tapi Ari seakan semakin menjauh dari Tanti setiap harinya.

Tibalah saat itu tiba. Pasar malam itu datang lagi dengan segala keriuhannya. Gemerlap lampu warna-warni yang kelihatan dari kejauhan, suara musik yang terdengar sepanjang malam, aroma arum manis yang bercampr dengan wangi donat yang baru diangkat dari penggorengan, orang-orang yang dating dan pergi sambil tertawa. Apakah Ari ke sana juga? Tidak. Dia bahkan tidak beranjak saat Tanti mengajaknya ke sana untuk sekedar menyapa teman-temannya. Tanti tertegun. Ada apa dengan Ari?

Sampai seminggu kemudian, dia tahu Ari belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di lapangan tempat pasar malam berada. Ari sepanjang hari hanya diam, dan di malam haripun selalu masuk kamar untuk tidur cepat. Hal yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan.

Sampai suatu saat, sekitar pukul satu dini hari, Tanti terbangun dan mendapati Ari tidak ada di sampingnya. Tanti seketika tahu di mana Ari berada. Bergegas dia keluar ke lapangan pasar malam.

Tanti melihat Ari di sana. Di wahana bianglala. Tempat mereka pertama kali mereka bertemu. Ari sedang mengusap besi pagar pembatas wahana. Jari-jarinya menjelajahi setiap jengkal kayu dan besi usang di bianglala, memunguti sampah plastik bungkus makanan dan es yang dibuang begitu saja oleh para pengunjung. Kepalanya mendongak. Ari menatap bagian teratas kursi bianglala sambil tersenyum. Wajahnya bersinar seperti seseorang yang baru bertemu dengan kekasihnya setelah sekian lama.

Detik itulah Tanti mengerti semuanya. Belum pernah ia melihat Ari sedemikian bahagia seperti itu sejak mereka menikah. Di sinilah tempat Ari yang seharusnya. Tempat yang membuatnya bahagia.

“Ari..pergilah bersama rombongan pasar malam setelah ini!” ucapnya pelan setelah pagi harinya Ari membantunya membuka toko.

“Apa maksudmu?” tanya Ari tidak mengerti.

“Pergilah Ri. Aku tahu kamu tidak bahagia di sini. Lebih baik kamu kembali ke rombongan pasar malam. Tempatmu yang seharusnya. Tempat kamu bisa bahagia dan menjadi dirimu sendiri. Maafkan aku yang selama ini telah memaksamu tinggal tanpa pernah peduli apa yang sebenarnya kamu inginkan.” kata Tanti sambil terisak

“Tanti, kamu serius?” Ari masih tidak percaya.

Tanti mengangguk.

Ari menatapnya tidak percaya. Benarkah Tanti merelakannya pergi? Inilah yang sebenarnya dia inginkan selama ini. Dia hanya tidak ingin menyakiti Tanti. Wanita yang dicintainya.

Tanti akhirnya melihat Ari melangkah ke lapangan pasar malam. Meninggalkan Tanti yang hatinya telah patah.



#OneDayOnePost

#ODOP

#Day45

Post a Comment

0 Comments