PENGASAPAN IKAN RUMAHAN, SEBUAH SIMPUL KEBAIKAN









Pernah mendengar atau pernah mencicipi sebuah masakan yang bernama Mangut? Mangut adalah masakan berkuah santan yang kaya bumbu rempah. Biasanya mangut ini bercita rasa gurih, sedikit asam dan pedas. Mangut biasa menggunakan ikan asap (biasanya ikan pari asap dan ikan manyung asap). Mangut banyak dijumpai di daerah pesisir pantai yang banyak ditemukan dua jenis ikan tersebut.

Kali ini aku tidak akan membahas tentang masakan mangutnya atau resep membuat mangut. Aku tidak bisa masak mangut hahaha…Dan juga bukan termasuk jenis makanan yang kusukai, jadi aku akan menulis cerita tentang ikan asapnya saja.

Kebetulan pekerjaanku minggu kemarin membuatku harus berkeliling ke sebuah desa sentra produksi ikan asap, bahan utama yang dijadikan masakan mangut. Nama desanya adalah Mustokoharjo. Sebuah desa di Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Di sana terdapat sentra industri rumah tangga pengasapan ikan yaitu di wilayah RT 3 dan Rt 4 Rw 1 Dukuh Ngantru.

Memasuki wilayah RT tersebut, kita akan disambut dengan aroma ikan laut yang pekat dan bau asap yang cukup menyengat. Apalagi di jam-jam dimulainya proses produksi ikan asap yaitu pukul 9 pagi dan pukul 2 siang. Ada sekitar belasan warga yang memiliki usaha rumahan pengasapan ikan.

Mereka melakukan pengasapan ikan di rumah masing-masing dengan dibantu beberapa orang karyawan yang juga warga sekitar. Tidak ada tempat atau gudang khusus untuk proses pengasapan. Bisa di samping rumah, atau di lahan milik sendiri yang dibuat tempat produksi sederhana. Seperti usaha pengasapan ikan yang dimiliki oleh Pak Rohadi warga Rt 4/1 ini misalnya.



ikan segar yang sudah dipotong-potong





Sejak jam 9 pagi, di samping rumahnya sudah terlihat ramai dengan 5 orang karyawan yang bergelut dengan daging ikan Pari. Pagi itu mereka sedang membuat ikan asap dari ikan Pari. Ikan lain baru akan datang siang harinya, jadi dari pagi mereka baru mengolah ikan Pari saja.

Sejak didatangkan dari sebuah Tempat Pelelangan Ikan di Juwana dan Rembang, ikan-ikan itu langsung dibersihkan. Ikan yang tidak dibersihkan dengan benar akan meninggalkan bau amis pesing yang akan membuat kualitas ikan asapnya menurun. Setelah dibersihkan, ikan-ikan pari akan dipotong sesuai ukuran ikan asap pada umunya. Ikan yang sudah dipotong dicuci ulang dan diberi tusukan bambu dan siap diasap.




ikan pari yang siap diasap







Proses pengasapan ini tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sekitar sepuluh menit saja, dan jejeran ikan asap siap untuk menunggu giliran packing dan dipasarkan. Pengasapan ikan ini masih menggunakan tungku sederhana dan mengandalkan api yang bersumber dari bahan bakar tongkol jagung. Belum menggunakan alat-alat canggih, tapi justru itulah yang membuat aroma ikan asap menjadi khas.



satu keranjang berisi 150 biji ikan asap





Harga jual per biji ikan asap dari ikan Pari adalah tiga ribu rupiah. Kalau untuk ikan hiu atau ikan besar lain, harganya bervariasi mulai dari 2.500 rupiah per biji. Biasanya Pak Rohadi menjual ikan asapnya dalam bentuk keranjangan. Satu keranjang berisi 150 biji ikan asap.

Setiap harinya, omzet penjualan ikan asap Pak Rohadi bisa mencapai 7 juta rupiah. Ikan asap produksinya sudah mempunyai pelanggan tetap yang membeli ke rumahnya setiap hari. Biasanya, pelanggan setianya akan menjual ikan asap gtersebut ke pasar-pasar di wilayah kota Pati dan sekitarnya. Ada juga yang disetorkan langsung ke rumah makan yang menu utamanya adalah Mangut.



para karyawan yang merupakan warga sekitar





Satu hal baik yang kulihat waktu mengunjungi tempat produksi pengasapan ikan di desa Mustokoharjo minggu lalu adalah, adanya saling peduli dan menjaga di antara para warganya. Beberapa pekerja di beberapa lokasi pengasapan ikan, adalah penyandang disabilitas. Mereka diberi kesempatan untuk ikut bekerja dan diberi upah yang layak seperti yang lain. Beberapa wanita yang kujumpai dan kuajak ngobrol juga merasa terbantu dengan adanya industri rumahan seperti ini. Ada penghasilan yang didapat tanpa harus bekerja di tempat yang jauh dan meninggalkan keluarga. Semoga kebaikan-kebaikan seperti ini bertahan terus ya..







#OneDayOnePost

#ODOP

#Day44

Post a Comment

0 Comments