NASI BUNGKUS UNTUK YANG DI RUMAH









Sore ini, aku dan para relawan Yatim Mandiri, melaksanakan program baru kami yaitu kedai sedekah. Kami menyediakan makan dan minum gratis untuk dhuafa dan orang-orang yang membutuhkan. Untuk makanan, sengaja kami membeli makanan di warung makan kecil di sekitar lokasi tempat kami membuka kedai (ini juga kami pilih warung yang tidak ramai pembeli biar lebih laris).

Kami membuka kedai lesehan di pinggir jalan. Selepas ashar kami mulai menggelar tikar dan menyiapkan meja untuk menata nasi, sayur, dan lauk-pauknya. Awalnya memang tidak banyak orang yang bersedia mampir, hingga kami harus membujuk orang-orang yang lewat agar bersedia mampir dan makan di kedai.

Sasaran kami adalah tukang becak, tukang parkir, petugas kebersihan yang banyak bekerja di sekitar jalan tempat kami menggelar kedai. Ada juga para pekerja ojek online dan penjual kaki lima yang kebetulan lewat.

Rencananya, kami hanya melayani untuk yang bersedia makan di tempat. Kami khawatir makanannya tidak cukup jika menyediakan nasi bungkus juga untuk dibawa pulang. Tapi kemudian, dari cerita-cerita pengunjung tentang keinginan mereka untuk membagi nasi buat yang di rumah, membuat kami bebaskan pengunjung membungkus makanan. Berapapun.

Di awal buka, karena masih sepi, aku memang suka mengajak pengunjung untuk ngobrol dan bercerita. Sambil duduk di sebelah mereka, melayani mereka dan menanyakan apakah ada yang kurang, aku bertanya tentang rumahnya, pekerjaannya, dan keadan keluarganya.

Seperti cerita seseorang nenek yang malu meminta satu bungkus nasi untuk dibawa pulang. Beliau takut meminta nasi untuk dibungkus, jadi meminta agar satu piring nasi yang beliau makan itu boleh dibawanya pulang. Katanya untuk suaminya di rumah. Biar suaminya bisa makan enak juga seperti dirinya. Aku terharu…

Ada lagi cerita seorang kakek yang melewati depan kedai kami. Beliau tidak mau diambilkan makanan yang banyak meskipun mengaku belum makan seharian. “Biar yang lain kebagian makanan juga. Untukku sedikit saja.”

Atau cerita tentang anak-anak yang juga mengunjungi kedai kami sore tadi. Mereka tidak mau makan di tempat. Memaksa kami agar dibolehkan membungkus nasi untuk dibawa pulang. Kata mereka untuk dimakan bersama-sama orang tuanya di rumah.

Sungguh berbagi sore ini membuatku belajar banyak hal. Salah satunya tentang memikirkan orang lain saat sedang menerima nikmat. Kita (terutama aku) sering lupa sama orang lain saat sedang bahagia, saat sedang menerima sesuatu,sedang diberikan Allah kelapangan rezeki, padahal ada hak orang lain di sana.

Mereka ini, yang kata orang-orang “kurang beruntung” ternyata malah jauh lebih beruntung karena diberi Allah hati yang lapang dan peduli kepada orang lain. Yang selalu memikirkan orang lain. Yang sebenarnya enggan meminta lebih dibanding dengan apa yang mereka butuhkan untuk dirinya sendiri. Terima kasih ya Allah untuk sore yang luar biasa dan banyak pelajaran.



#OneDayOnePost

#ODOP

#Day43

Post a Comment

0 Comments