TENTANG KEMATIAN





Siang ini aku bergegas pulang dari tempat kerja karena ingin ke rumah seorang teman yang baru saja kehilangan ibu untuk selamanya. Beberapa hari sebelumnya, kami sempat saling bertanya kabar dan temanku itu bercerita tentang kondisi sang ibu yang sedang dirawat di rumah sakit.

Sesampainya di rumahnya, aku mendengarkannya bercerita. Dia bercerita tentang perjalanannya menemani sang ibu yang berjuang melawan kanker selama ini, semangat sembuh ibunya yang luar biasa, dan kisah di jam-jam terakhir menjelang ibunya meninggal.

Aku selalu saja lemah setiap mendengar cerita tentang kematian. Selalu teringat almarhum Bapak. Yang meninggal di pelukanku. Aku bersamanya di detik-detik terakhir beliau menghembuskan napasnya. Saat itu, aku merasa ada sesuatu yang sedang terjadi tapi aku tidak kuasa menjelaskannya. Sebuah kematian.

Dulu, bapak juga sangat bersemangat untuk sembuh. Tidak pernah menolak minum obat, selalu mau diajak kontrol ke dokter, makan dengan lahap, jarang mengeluh sakit. Sampai fisiknya kemudian tidak sanggup lagi bertahan.

Kami, anak-anak dan keluarganya juga sangat berharap Bapak sembuh. Masih selalu mengusahakan apa saja yang bisa dilakukan untuk sebuah kesembuhan. Mencari opini kedua, ketiga dan seterusnya hanya untuk meyakinkan diri bahwa Bapak bisa sembuh.

Padahal siapa kita mendikte Allah yang berkuasa terhadap umur manusia? Sampai kemudian, di hari menjelang Bapak pergi, aku menyerah. Aku membisikkan sesuatu di telinga beliau. Bahwa aku ikhlas kalau beliau pergi. Biar tidak sakit lagi. Aku akan baik-baik saja. Kami akan baik-baik saja.

Kematian Bapak itulah yang mengubah seluruh hidupku. Menyadarkanku bahwa sebenarnya kita tidak punya apa-apa dan siapa-siapa. Bahwa kita akan tetap mati meskipun pasangan, anak, orang tua, harta semua bekerja sama mencegahnya. Tidak ada yang bisa mencegah kematian datang.

Kematian membuatku belajar tentang melepaskan. Pelajaran yang membuat hidupku ke depan menjadi lebih mudah kujalani. Tidak seperti sebelumnya yang terasa berat sekali. Aku belajar bahwa, secinta apapun kita pada seseorang atau sesuatu, bisa saja sewaktu-waktu diambil oleh Allah. Karena sejatinya, tidak ada satupun di dunia ini yang sesungguhnya benar-benar milik kita.

Sebaik-baik pengingat adalah tentang kematian. Benar sekali. Sampai sekarangpun, meskipun sudah dua tahun berlalu, pengingat itu masih tetap bereaksi sama setiap aku mengingat dan memikirkannya. Kematian. Sudahkah aku mempersiapkannya? Kalau harta benda dan manusia tidak bisa membantu menghalangi kematian datang, bukankah lebih baik aku fokus saja pada apa yang bisa kulakukan untuk mempersiapkannya? Dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya amal sebagai sebaik-baiknya bekal.



#OneDayOnePost

#ODOP

#Day29

Post a Comment

2 Comments

  1. Hwaaaa setema kita mbak ternyata mbak udah lebih dulu ngerjain tugas, jadi malu saya kwokwokwok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum bikin tugas dong akunya hahaha..Aku tim setor tugas mepet iniii

      Delete