Arsa Dan Terapi Wicara



Selain sekolah di Kelompok Bermain Islam Terpadu Umar Bin Khathab, Aca juga mengikuti terapi wicara di Rumah Belajar Anak (RBA).  Kami menyebutnya ‘sekolah sore’ untuk Aca. Sebelumnya cerita dulu ya kenapa Aca harus melakukan terapi.


Oke, sakit Radang otak yang dulu menyerangnya memang menyebabkan Aca mengalami speech delay atau terlambat bicara. Pada usia 2 tahun, kosakata Aca masih sangat sedikit. Setelah konsultasi ke DSA nya, disarankan memang harus terapi wicara. Ada beberapa alternatif terapi wicara, semuanya di rumah sakit yang berbeda. Dan keputusanku saat itu adalah TIDAK untuk rumah sakit (lagi).


Aca melalui tahun pertama hidupnya dengan bolak-balik masuk rumah sakit, rontgen, obat-obatan, serta control teratur setiap dua minggu. Dan aku sungguh tidak ingin Aca melalui hal itu lagi. Stop. Kemudian browsing berbagai macam artikel Speech delay, terapi-terapinya, sampai kemudian tahu kalau di Kudus ada tempat terapi juga yang bukan rumah sakit.



Namanya Rumah Belajar Anak. Tempat bimbingan belajar dan juga terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Akhirnya, kuputuskan Aca terapi wicara disana, Alhamdulillah juga diterima. Sebenarnya bukan khusus terapi wicara saja. Terapi untuk perkembangan motorik kasar dan halusnya Aca juga dilatih, mengingat Aca memang lemah dalam hal ini


Awal-awal masuk terapi disana, beratnya.. Maklum, siswa yang terapi harus ditinggal oleh orang tuanya. Jadi Aca yang sebelumnya tidak pernah stay di tempat baru dengan orang asing selalu ngamuk dan cranky gak karuan. Sampai-sampai aku mesti sms terapisnya tiap 10 menit  untuk menanyakan kabarnya. Alhamdulillah, Aca tidak pernah lama rewelnya. Lama-lama terbiasa dengan seminggu tiga kali terapi, malah sering malas pulang kalau sudah waktunya dijemput.


Sekarang adalah tahun kedua Aca terapi. Sudah sekolah, jadi tantangan baru juga. Secara, Aca pulang sekolah jam 1, sedangkan jam 3 mesti sudah berangkat lagi. Masalah barunya, Aca selalu ngambek setiap waktunya berangkat. Biasanya kalau tidak hari terapi, Aca bisa tidur siang selama 3 jam setelah pulang sekolah. Dan ini, mesti bangunin Aca yang baru tidur 1 jam, rasanya gak tegaaa banget. Hasilnya ya itu, Aca jadi rewel, malas, marah-marah kalu dibilangin harus berangkat sekolah sore.

Tapi Aca memang harus kuat, harus melewati semua ini. Walaupun aku tahu, berat baginya, ini harus dijalani. Untungnya semua guru dan terapis di RBA amat-sangat baik semua. Aku tahu mereka sayang sama Aca dan memperlakukannya dengan baik. Nyatanya, Aca tetep aja susah diajak pulang dan masih seneng main di RBAnya tiap dijemput.


So far, Aca sudah semakin bagus perkembangan bicaranya. Sudah mulai banyak ngomong sendiri, sudah mulai mau menirukan kata-kata baru, sudah jauh lebih bagus kemampuan komunikasinya.  Sudah bisa membaca dua suku kata. Motorik kasar-dan halusnya juga sudah semakin meningkat. 


Sekarang masih tetap ada ‘drama’ dan ‘ perjuangan’ setiap waktunya berangkat terapi. Tapi tidak membuatnya sampai harus absen dengan alasan tidak jelas. Seperti yang selalu aku bilang padanya setiap dia marah setiap berangkat terapi “walaupun Aca gak suka, walaupun Aca ngantuk, walaupun Aca kepanasan atau kehujanan di jalan, kita tetap berangkat. Karena kelak, Aca akan jadi anak yang hebat dan kuat kalau bisa melewati semua ini”


 muka bete Aca kalau berangkat terapi hihihi...




Post a Comment

0 Comments