REVIEW BUKU : TAN
Judul : Tan
Penulis : Hendri Teja
Penerbit : Javanica
Tebal : 427 Halaman
Tahun : 2016
Sebelumnya, pernahkah kamu
mendengar nama Tan Malaka? Tentu pernah dong ya. Akupun familiar dengan nama
itu. Tapi untuk tahu ceritanya, siapa dia sebenarnya, aku sama sekali tidak
punya gambaran sebelumnya. Sampai kemudian di Reading Challenge Odop kali ini,
tema tantangan pekan ketiga adalah membaca buku tentang Sejarah. Dan buku ini
sepertinya berjodoh denganku hehe…
Tan adalah sebuah novel sejarah
yang menceritakan sedikit perjalanan hidup seorang Tan Malaka. Kenapa hanya
sedikit? Karena setelah aku mencari beberapa sumber lain tentang Tan Malaka,
ternyata masih banyak yang belum diungkap di buku ini. Iya, buku ini hanya
bercerita tentang Tan di Nederland dan Hindia saja. Padahal, diketahui kalau Tan pernah melakukan kegiatan-kegiatannya di
negara lain seperti Jerman, Moskow, Filipina
atau Cina. Di negara-negara tersebut, juga di negara lain saat pengasingan, dia masih terus memperjuangkan kemerdekaan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sebagai sebuah novel sejarah, kupikir akan berat dan membosankan, ternyata
aku salah. Buku ini ternyata cukup menyenangkan untuk dibaca. Baiklah, mari
kita mulai ulasan singkat tentang buku ini yuk.
Tan Malaka terlahir dengan nama
Ibrahim. Dia lahir dan dibesarkan di Sumatra Barat. Sewaktu Ibrahim bersekolah
di Kweekschool Bukittinggi, kakeknya, Datuk Tan Malaka mangkat akibat uzur. Sejak
saat itu, dirinya sebagai cucu laki-laki tertua, gelar Datuk Tan Malaka harus
turun ke pundaknya.
Ternyata Ibrahim memutuskan
melepas gelar tersebut dan memilih pergi ke Nederland untuk menuntut
ilmu. Hal itu membuat murka para tetua adat, tapi Ibrahim bertekad untuk pergi. Dia datang ke kota Harleem untuk belajar di Rijkweekschool guna meraih
ijazah hoofdacte sebagai syarat menjadi guru kepala.
Di Nederland, hidupnya tidak
mudah. Dia kekurangan uang, sulit beradaptasi dengan iklim Eropa, dan
mendapatkan diskriminasi karena warna kulitnya. Di sanalah Ibrahim mulai
menulis artikel-artikel pemberontakan. Tan Malaka adalah nama pena yang dia
gunakan. Di Eropa itulah, Tan Malaka berjuang melawan penjajahan negaranya
melalui tulisan. Bersama dengan Suwardi dan Cipto Mangunkusumo, tulisan-tulisan
mereka mengkritik habis-habisan kebijakan politik pemerintah. Di sana jugalah
dia mengadakan Kongres Pelajar Hindia. Saat itu, organisasi yang menghimpun
pelajar dari segala suku bangsa di Hindia terbentuk. Khalayak sepakat
menamainya Perhimpunan Pelajar Hindia Nederland (PPHN).
Sayangnya PPHN mendapat banyak
masalah. Ada desas-desus yang disebarkan bahwa PPHN adalah sebuah kelompok yang
tidak baik. Fitnah itu menjadikan PPHN menjadi perkumpulan pemuda yang tidak
disukai. Masyarakat Nederland terpengaruh. Tekanan-tekanan tersebut membuat
beberapa anggota mengundurkan diri, bahkan sampai membuat Tan ditahan polisi.
Dari Eropa, Tan kemudian pulang
dan memulai perjuangannya di Jawa dan Sumtra. Tan sempat menjadi guru di
perkebunan, tapi kemudian karena dia tidak menyetujui perlakuan para kolonial terhadap
buruh, dia berhenti. Di Semarang, Tan mendirikan sekolah Rakyat Sarekat Islam.
Tan juga bertemu dengan tokoh-tokoh seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Agus Salim,
Darsono, Semaun. Tapi kiprahnya juga mendapat banyak tantangan.
Pergerakan-pergerakan yang diikutinya membuatnya menjadi buronan dan
diasingkan.
Selain cerita seputar kongres dan
pergerakan, novel ini juga menceritakan kisah cinta Tan dengan dua orang
perempuan yang pernah hadir dalam perjalanan hidupnya. AdaFenny van de Snijder,
perempuan kulit putih yang ditemuinya di Nederland. Fenny adalah orang yang selalu
berada di sisi Tan dan membantunya setiap dia mendapatkan masalah. Saat Tan
sakit parah, Fenny yang merawatnya sepenuh hati. Perempuan satu lagi adalah Ennur, gadis pribumi sederhana yang sayangnya, nasibnya sungguh tidak beruntung.
Ada apakah gerangan? Baca sendiri yuk.
#RCO2023
#ReadningChallengeODOP
#TugasPekan3
0 Comments