Judul : The Secret of Self
Improvement Detoks Hati dan Pikiran
Penulis : Okina Fitriani dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun :2014
Tebal : 261 Halaman
Blurb :
Berubah dan bertumbuh menjadi
lebih baik itu bisa dan mudah. Buku ini menyajikan contoh-contoh nyata tentang
cara mengubah komunikasi agar membuahkan hasil yang lebih baik, mengubah makna
suatu peristiwa sehingga mengubah pula cara menyikapinya, meninggalkan belenngu
suatu peristiwa dan sikap yang tidak memberdayakan untuk mencapai tujuan hidup
yang lebih tinggi dan bahagia.
Tantangan membaca pekan ini
adalah tema self development. Aku sudah punya buku ini lama sekali tetapi
entah mengapa belum sempat membacanya. Sebelumnya punya buku Okina Fitrina yang
lain yaitu Enlighting Parenting, dan sepertinya itu cukup jadi tak kuteruskan
membeca buku yang ini.
Buku The Secret ofSelf
Improvement Detoks Hati dan Pikiran ini sebenarnya cukup nyaman dibaca. Tidak
termasuk jenis buku self development lain yang terkadang membosankan dan perlu “mikir”
untuk menyelesaikannya. Apalagi buku ini memuat cerita-cerita dari oramg-orang
yang mengalami langsung proses detoks hati dan pikiran ini, jadi berasa lebih “relate”
.
Buku ini memuat dua bagian utama
dan epilog. Bagian pertama memuat tuntunan dan konsep dasar prinsip-prinsip
menuju pencerahan dan pemberdayaan. Bagian dua berisi kumpulan inspiratif
berupa pengamalan mengamalkan dan pemikiran para penulis. Sebagian besar
pengalaman yang dibagikan adalah yang berkaitan tentang parenting, pemberdayaan
diri, dan self healing.
Di bagian pertama, dijelaskan
tentang cara kita seharusnya memaknai sebuah peristiwa. Setiap orang bereaksi
dengan cara yang berbedaatas sebuah peristiwa, tergantung pada makna yang
dilekatkan pada peristiwa tersebut. Penulis memberikan contoh pada kisah “Kucing
dan Bangkai Tikusnya”. Ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak
laki-laki dan seorang anak perempuan yang sedang menikmati sarapan di kebun
pada hari sabtu pagi. Kemudian, mereka mendengar bunyi berisik di sudut kebun
dan menemukan seekor kucing sedang menggali tanah di sebuah rumpun bunga mawar.
Di sebelahnya ada seekor bangkai tikus.
Peristiwa tersebut memberikan
perasaan dan pikiran yang berbeda-beda di tiap-tiap anggota keluarga tersebut.
Sang Ibu marah pada kucing dan pemiliknya yaitu tetangga sebelah. Sedangkan
sang ayah, langsung berpikiran kalau hari itu akan menyebalkan karena istrinya
pasti akan mengomel panjang dan menyuruhnya memperbaiki kerusakan kebun. Anak
perempuan berbeda lagi pikiran dan perasannya, dia ingin memelihara kucing
tersebut karena menurutnya kucingnya lucu. Sedangkan si anak laki-laki,
langsung lari ke dapur untuk muntah karena bau dan bangkai tikus itu memenuhi
pikrannya dan membuatnya mual.
Dari satu peristiwa yang sama,
bisa berbeda-beda reaksi setiap orang. Nah, reaksi atau respon terhadap
peristiwa tergantung dari makna yang kita piih. Ini yang akan memberikan emosi
pada setiap tindakan yang menyertainya. Emosi ini bisa positif dan negatif. Dan
reaksi serta emosi bisa berdampak besar, bagi dirinya dan orang lain. Bisa
membuat bahagia atau menyakiti orang-orang sekitar.
Di pembahasan ini, dijelaskan
bahwa kita bisa berlatih memilih respon berdasarkan makna. Karena sesungguhnya
manusia tidak bereaksi terhadap peristiwa, tetapi bereaksi terhadap makna yang
dipilihnya sendiri. Jangan sampai kita menjadi orang yang selalu berpikiran dan
bertindak negatif setiap menghadapi sebuah peristiwa. Hal ini karena setiap
peristiwa hendaknya tidak hanya dimaknai secara duniawi, tetapi juga berdampak
besar sampai akhirat. Ada makna spriritual di dalamnya
Iya, kita tahu bahwa dunia penuh dengan ujian. Allah memberikan satu demi
satu peristiwa dalam hidup kita tentu bukannya tanpa maksud. Allah juga sudah berjanji
untuk tidak memberikan ujian di luar
batas kemampuan kita kok. Jika setiap peristiwa dimaknai sebagai ujian, baik
berupa kesenangan maupun kesusahan, semata-mata untuk meningkatkan keimanan dan
memperbaiki kualitas diri di mata Tuhan, bukankah akan mengubah cara pandang
kita terhadap semua hal yang sudah, sedang dan akan terjadi?
Di bagian dua, ada tulisan-tiulisan
yang semakin membuka mata kita terhadap makna spiritual dalam setiap peristiwa.
Bertaburan contoh orang-orang yang menyelami makna dalam kehidupan mereka.
Ketika kehilangan, cara berdamai dengan trauma masa lalu, bagaimana
berkomunikasi yang baik agar dapat saling memahami tanpa menghakimi, dan
cerita-cerita lain yang bisa dijadikan renungan serta pelajaran.
Di bagian epilog buku ini, ada
satu kalimat yang sangat mengena di hatiku. Yang sebenarnya selalu menjadi
pengingatku setiap aku ragu dalam melakukan sesuatu yang kuanggap baik.
“Sungguh…tak perlu menunggu
sempurna untuk berguna.”
#RCO2023
#ReadingChallengeODOP
#TugasPekan4
0 Comments