POHIJO, SEBUAH CERITA TENTANG KEPEDULIAN LINGKUNGAN


Bekerja selama belasan tahun di bidang pemberdayaan masyarakat, membuatku banyak mengunjungi desa-desa yang berbeda. Bukan hanya kunjungan sebentar, aku sering berinteraksi, mengenal, dan dekat dengan warga desa setempat tempatku bekerja.

Dari sana, aku merasakan karakter setiap desa, nilai-nilai yang dianut, serta kebiasaan masyarakatnya. Setiap  desa selalu unik dan berbeda, dan aku menemukan adanya orang-orang baik yang sering menjadi tempatku belajar banyak hal tentang kehidupan.

Kali ini aku akan bercerita tentang desa Pohijo, sebuah desa di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Pohijo bukan desa dampinganku, tapi selama dua bulan ini, aku mendapatkan tugas untuk membantu persiapan Lomba Habitat tahun 2022.

Aku tidak akan banyak bercerita tentang lomba habitat ya, teman-teman bisa mencari tahu  tentang lomba habitat ini sendiri hehe..Yang akan kuceritakan di sini adalah bagaimana aku merasa kagum kepada masyarakat desa Pohijo yang menurutku luar biasa dalam kegigihannya menata lingkungan.

Bukan dalam rangka lomba, bukan karena mengikuti penilaian, tapi mereka hanya ingin lingkungan tempat mereka tinggal adalah tempat yang bersih, nyaman, dan indah. Semua berawal dari kisah masa lalu yang kelam di desa tersebut.

Sejak lima tahun lalu, desa Pohijo adalah desa kumuh dan tak terawat. Di sana, mudah sekali menemukan sampah di jalan, pekarangan, selokan, bahkan jalanan utama. Buang air besar di sungai dan selokan? Banyak! Membakar sampah  dan ban bekas di halaman rumah sampai berasap hitam? Hampir di setiap rumah seperti itu. Sampai kemudian, terjadilah berbagai kejadian buruk yang menimpa. Warga terkena sakit ISPA dan demam berdarah sampai merenggut nyawa, seorang pemulung harus diamputasi kakinya karena terkena pecahan beling yang dibuang sembarangan mulai menyadarkan mereka.

Dimulailah gerakan-gerakan yang dimulai oleh satu dua orang warga di sana. Mulai pemilahan dan pengolahan sampah, membersihkan saluran air, penanaman tanaman di rumah-rumah, dan pemahaman ke tetangga kiri kanan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Awalnya memang tidak mudah. Ada cibiran dan cacian dari masyarakat untuk orang-orang yang memulai gerakan tersebut. Tapi tentu saja itu tidak menyurutkan semangat orang-orang baik di Pohijo. Tak kenal menyerah, gerakan-gerakan itu terus dilakukan secara rutin dan terus menerus.

Hingga kemudian, semakin banyak orang yang mulai mengikutinya. Mulai ada kerja bakti warga setiap pekan, penataan pagar, penanaman bunga, toga, pohon buah di semua RT, serta pembuatan kompos untuk menyuburkan tanaman mereka sendiri. Sekarang, di setiap rumah, bisa dipastikan ada tanaman pangan dan berbagai bunga di halaman.

Semua itu karena kesadaran warga sendiri. Saat aku bertanya apakah karena akan mengikuti lomba? Mereka dengan tegas menjawab "TIDAK! Sudah seharusnya kami berbenah sendiri. Karena itulah yang seharusnya dilakukan di lingkungan yang kami tinggali. Tempat kami hidup sehari-hari"

Tak heran jika di setiap pekan, ketika ada kerja bakti warga, semua orang akan keluar rumah dan membantu apa yang mereka bisa. Tua muda, laki-laki perempuan, dewasa, remaja, dan anak-anak semua bekerja bersama. Dari berbagai profesi. Makanan dan minumanpun melimpah. Mereka begitu murah hati menyediakan berbagai jamuan untuk yang ikut kerja bakti. Sukarela.

Lagi-lagi, aku belajar banyak dari mereka. Dari orang-orang luar biasa yang kukenal di sana. Terima kasih…

Post a Comment

0 Comments